Ads 468x60px

Jumat, 04 Januari 2013

Demi Keutuhan NKRI - Jangan Pernah Lagi Kita Terjebak Segregasi


Rekan-rekan Se-Bangsa dan Se-Tanah Air yang baik,
Dari sejak masa Kemerdekaan RI kita alami gejolak sosial politik bagai bandul jam ke-"kiri" dan ke-"kanan".

Tidak lama setelah kemerdakaan RI, pada 1948, terjadi pemberontakan Komunis mulai di Madiun, bandul ke-"kiri", dan berkat penampilan tegas Bung Karno saat itu, RI selamat. 

Delapan tahun kemudian, 1956, bandul ke-"kanan", terjadilah pemberontakan PRRI/Permesta. Pemberontakan dapat dipadamkan dan RI selamat, kokoh berdiri. Dan tahun 1965, 8-9 tahun kemudian sekali lagi bandul bergoyang ke-kiri, terjadilah G30S. Dan RI keluar selamat dengan Ridho Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Belum selesai bandul bergerak lagi, 1974, terjadi kerusuhan yang awalnya terhadap Jepang namun merembet ke penindasan etnis Tionghoa (bisa dianggap "kanan")

Teori gejala bandul sosial-poltik setiap 8 tahun (bagi Indonesia) ini diceritakan oleh pak H.Mutahar,alm, saat saya dikirim dengan beasiswa UNIDO ke Italia, Roma, selama 2- bulan tahun 1970, saat alm. kebetulan menjabat Duta Besar RI untuk Vatikan. Alm. seorang luar biasa dalam intuisi, seni dan penguasaan bahasa. 

Alm. adalah seorang Dubes yang berhasil ber-Audiensi pada Paus selama 30 menit pada awal menyerahkan Surat Kepercayaannya. Padahal Dubes lain hanya 5 menit, sehingga "geger" para diplomat Vatikan dan Italia. 
Dalam  3 bulan alm. sudah bisa berbahasa Italia sehari-hari, dan setelah 6 bulan sudah berpidato bahasa Itali pada Konferensi-Konferensi internasional dan nasional atau pertemuan resmi.

Alm. berhasil Menghadiahkan Piala Misa dari perak berukir (dalamnya lapis emas) buatan seniman Yogya kepada Paus, dan yang karena istimewanya disimpan di Musium Khusus Vatikan (tidak semua pemsembahan di simpan di sini). Dan puncak karier diplomatik seorang Dubes, alm. berhasil mengundang Paus (Kepala Negera) berkunjung ke Indonesia.

Alm, juga seorang Andalan Nasional Urusan Latihan (Annulat) Gerakan Pramuka yang penuh seni. Hingga kini penaikan dan penurunan Bendera  untuk Upacara Proklamasi oleh Paskibra yang dilatih selama 2 bulan dan mengambil siswa kelas 2 SMA terpilih seluruh Nusantara, adalah peninggalan Almarhum. Dan tentunya Anda tahu alm. adalah pengarang lagu-lagu nasional yang memberikan semangat perjuangan nasional.
Masih banyak cerita heroik alm. termasuk untuk menggunakan gaji untuk melabur tembok kantor (sebagai Dirjen Protokol di Deplu), dan dikuntit oleh agen rahasia RRT saat berkunjung ke sana, dsb.

Ini sebagai pendahuluan dari harga yang harus dibayar untuk NKRI.
Dan saat saya menerima ulasan di bawah ini, dan masih adanya kenyataan terselubung atau setengah terselubung, pandangan miring terhadap etnik Tionghoa, maka nampaknya ulasan ini harus diketahui semua. 
Tidak ada yang diuntungkan dengan meneruskan pandangan salah kaprah yang dibawa dari sejak VOC saat kekuasaannya menyusut, mengadu domba Kerajaan-kerajaan serta menghasut satu kelompok melawan yang lain, kemudian intrik-intrik sekitar revolusi kemerdekaan, penunggangan selama dan akhir Orde Baru, dst.

0 komentar:

Posting Komentar